Pieter Frederik Dahler
Pieter Frederik Dahler | |
---|---|
Lahir | Pieter Frederik Dahler (1883-02-21)21 Februari 1883 Semarang, Hindia Belanda |
Meninggal | 07 Juni 1948 Yogyakarta, Hindia Belanda |
Pekerjaan | Aktivis, Guru, Politisi |
Kebangsaan | Indonesia |
Pieter Frederik "Frits" Dahler (21 Februari 1883 – 7 Juni 1948) merupakan salah satu politisi dan aktivis Indo (Eurasia) yang berusaha menjalin kerjasama antara komunitas Indo-Eropa dengan masyarakat pribumi Hindia Belanda (sekarang: Indonesia). Setelah Perang Dunia II, namanya diganti menjadi Amir Dachlan.
Bersama dengan E.F.E. Douwes Dekker, ia merupakan politisi kuat pendukung ikatan antara Indo-Eropa dan Indonesia di kolonial Hindia Belanda dan pada masa awal pascakolonial Indonesia. P.F. Dahler adalah anggota BPUPKI.
Kehidupan pribadi
Keluarga
Ia menikahi Eleonora Helena Emilie Maijer (3 November 1884 – 5 Maret 1916), putri dari Wilhelm Friedrich Maijer dan Wilhelmina Adriana Noordhoorn. Mereka memiliki setidaknya satu putra yang bernama Rudolf Antoine Dahler, (16 Juli 1914 – 3 Juni 1992). Setelah kematian istri pertamanya, ia menikahi istri keduanya Pauline Françoise Wattiez dan memiliki setidaknya satu putri, Sophie Faubel-Dahler, yang menikah dengan Frederik Faubel, dan seorang putra bernama L.A. (Loet) Dahler.
Kehidupan beragama
Setelah kemerdekaan Indonesia, Dahler berpindah agama dari Kristen ke Islam dan mengubah namanya menjadi Amir Dachlan. Meski demikian, menjelang kematiannya, ia meminta secara pribadi untuk dikuburkan di pemakaman Kristen di kawasan Mrican. Max Rooyackers, seorang mahasiswa Universitas Sanata Dharma, menyimpulkan bahwa keislaman Dahler hanya simbolis semata dan dimaksudkan sebagai wujud asimilasi dan ungkapan rasa nasionalisme. Menurut Max, hingga akhir hayatnya, Dahler tetap memeluk agama Kristen.[1]
Referensi
Daftar pustaka
- Meijer, Hans In Indië geworteld. De 20ste eeuw. (Publisher: Bert Bakker, Amsterdam, 2004) P.67, 180, 217-218, 220, 222, 225, 227-228, 232-235, 242, 265, 380 ISBN 90-351-2617-3
- Touwen-Bouwsma, E. “Japanese minority policy; The Eurasians on Java and the dilemma of ethnic loyalty.” in Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 152, no.4. ‘Japan, Indonesia and the WarMyths and realities.’ (Publisher: KITLV, Leiden, 1996) [1]
Pranala luar
- Online KITLV journal.
- l
- b
- s
- K.H. Abdul Fatah Hasan
- K.H. Abdul Halim Majalengka
- Raden Abdul Kadir
- Abdul Kaffar
- Abdoel Kahar Moezakir
- R. Abdulrahim Pratalykrama
- Abdurrahman Baswedan
- K.H. Abdul Wahid Hasjim
- R. Abikoesno Tjokrosoejoso
- Agus Musin Dasaad
- Haji Agus Salim
- K.H. Ahmad Sanusi
- Mr. R. Achmad Soebardjo
- Mr. Alexander Andries Maramis
- Mas Aris
- Ir. R. Ashar Sutejo Munandar
- R. Asikin Natanegara
- Ki Bagoes Hadikoesoemo
- Mr. Mas Besar Mertokusumo
- BPH Bintoro
- Dr. R. Boentaran Martoatmodjo
- Prof. Dr. R. Djenal Asikin Widjaja Koesoema
- Ki Hadjar Dewantara
- Drs. Moh. Hatta
- Mr. R. Hindromartono
- Prof. Dr. Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat
- Ichibangase Yosio
- Mr. Johannes Latuharhary
- Liem Koen Hian
- K.H. Mas Mansoer
- R.M. Margono Djojohadikoesoemo
- Mr. R.A. Maria Ulfah Santoso
- K.H. Masjkur
- Ir. Pangeran Mohammad Noor
- Oey Tiang Tjoei
- Oei Tjong Hauw
- R. Otto Iskandar di Nata
- Parada Harahap
- P.F. Dahler
- R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
- Pangeran Poeroebojo
- Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat
- R. Ruslan Wongsokusumo
- Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo
- Dr. Samsi Sastrawidagda
- Mr. R.M. Sartono
- Mr. R. Sastromulyono
- Mr. Raden Panji Singgih
- R.N. Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
- Mr. R. Raden Sjamsoeddin
- Dra. KRMH Sosrodiningrat
- Raden Sudirman
- R. Sukarjo Wiryopranoto
- Ir. Soekarno
- Dr. Soekiman Wirjosandjojo
- Dr. R. Sulaiman Effendi Kusumah Atmaja
- Prof. Mr. Dr. Soepomo
- Ir. R.M. Panji Surachman Cokroadisuryo
- R.M.T. Ario Soerjo
- Pangeran Soerjohamidjojo
- R.P. Soeroso
- Mr. Mas Soesanto Tirtoprodjo
- Mas Sutardjo Kertohadikusumo
- Mr. R. Soewandi
- Tan Eng Hoa
- R.A.A. Wiranatakusumah V
- K.R.M.T. Wongsonegoro
- RMTA Wuryaningrat
- Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.